Senin, 31 Oktober 2011

[FANFIC] He is my namjachingu (part 1)


Author : raraarra

Main cast : Choi Minho (SHINee)
                Lee Daehae (you)

Other cast : Key (SHINee)
                 Jonghyun (SHINee)
                 Leeteuk (Super Junior)
                 Heechul (Super Junior)
                 Siwon (Super Junior)
                 Donghae (Super Junior)
                 Ryewook (Super Junior)
                 Kyuhyun (Super Junior)

Ini fanficku yang pertama. harap maklum kalo banyak kekurangannya. hehehe. HAPPY READING.. ^^

                                                He’s my namjachingu
[you]
 “Eoseo osipsio.” sapaku pada pelanggan yang masuk ke restoran ramen milik orang tua kami.
            Restoran ramen ini dibuat oleh kedua orang tua kami. Setelah kepergian mereka, oppaku yang bernama Lee Donghae lah yang mengelola restoran ini. Sepulang sekolah aku selalu membantunya melayani para pelanggan kami. Di restoran hanya aku yang paling cantik, karena semua yang bekerja di restoran kami namja. Dari koki hingga pelayan.
Kebanyakan, pelanggan kami adalah yeoja. Mereka senang datang karena pekerja restoran adalah namja-namja yang tampan dan ramah. Ramen buatan kami terkenal enak di Seoul. Selain itu, keramahan para namja yang tampan pun membuat pelanggan kami ingin kembali dan enggan pulang. Walau begitu, tak jarang juga para namja datang untuk melihat seberapa tampan namja-namja restoran ramen kami.
Ada tiga namja tampan yang bertugas sebagai koki. Mereka adalah, Kim Kibum a.k.a Key, Park Jung Soo a.k.a Leeteuk dan Kim Ryewook. Kasir dipegang oleh oppaku sendiri. Sedangkan, Cho Kyuhyun, Choi Siwon, Kim Jonghyun, Choi Minho dan aku bertugas sebagai pelayan.
Aku seperti putri diantara delapan pangeran-pangeran tampan. Senang rasanya. Walaupun terkadang banyak tatapan pelanggan yeoja yang tidak suka keberadaanku, tapi tak sedikit yeoja yang menyukaiku karena keramahanku.
TAAKK.. aduuuhhh, kepalaku sakit sekali. Aku sudah ingin marah, tapi saat aku melihat siapa yang memukulku. Aku hanya bisa nyengir pasrah. Oppaku sedang berdiri dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.
“Sudah kubilang, jangan melamun saat bekerja!” serunya.
“Yaa..! Tapi kau tak perlu memukul kepalaku.” Aku sedikit marah padanya karena pukulannya terlalu keras.
“Ingat, dirumah aku memang oppamu, tapi jika sudah di restoran aku adalah bosmu!”
Haahh..dia selalu bicara begitu jika aku protes. Tapi biarlah, biar begitu dia tetap oppaku dan aku menyayanginya. Setelah orang tua kami meninggal karena kecelakaan pesawat, hanya Donghae oppa yang aku miliki. Dia mengajariku menjadi gadis yang mandiri dan kuat.
“Sudah lah, jangan terlalu keras pada adikmu sendiri.” ucap Siwon oppa membelaku. Siwon oppa dan Leeteuk oppa adalah sahabat Donghae oppa. Mereka selalu bertiga sejak kecil.
“Dari dulu kau selalu membelanya.” ujar Donghae oppa.
Siwon oppa tersenyum padaku, lalu mengacak-acak sedikit rambutku. “Jangan terlalu dipikirkan. Ayo kembali bekerja, banyak pelanggan yang menunggu dilayani.”
Percaya atau tidak, senyuman Siwon oppa bisa membuat banyak yeoja jatuh pingsan. Seperti maut saja jika dia tersenyum. Aku sih sudah terbiasa melihat senyumannya, jadi tidak akan pingsan jika melihatnya. Dia menjadi salah satu alasan para yeoja datang ke restoran kami.
“Mianhe, aku terlambat.” ucap Choi Minho yang baru datang.
“Cepat ganti pakaianmu. Banyak yang harus dikerjakan.” seru Siwon oppa pada dongsaengnya.
Iya, Minho adalah dongsaeng dari Siwon oppa (ngarang banget). Mereka sama tampan, tapi Minho tipe namja yang pendiam. Dia tak banyak bicara seperti Siwon oppa. Namun, dia bisa terlihat manis jika sedang melayani pelanggan kami. Pengecualian untukku. Kami satu sekolah, hanya saja umurku dibawah Minho satu tahun. Aku tidak pernah mau memanggilnya oppa. Dan kami lebih sering berdebat yang akhirnya terjadi pertengkaran.
“Darimana saja kau? Bukannya bel pulang sudah berbunyi dua jam yang lalu?” tanyaku curiga.
Dia menatapku sinis, “Bukan urusanmu!” sungutnya.
Iissshh..dia itu. Selalu saja begitu, membuatku ingin memukulnya. Padahal, kalau dia bersikap manis seperti Siwon oppa aku akan sangat menyukainya. Sayangnya, jauh dari harapanku. Lagipula, aku sudah memiliki namjachingu yang bernama Kim Heechul. Memang sih umur kami terpaut jauh, tapi menurutku dia namja yang baik dan setia.
“Daehae, tolong layanin meja satu.” Kyuhyun oppa memanggil namaku. Membuyarkan lamunanku.
“Nee....!” seruku dengan semangat.

[minho]
             Setiap harinya setelah pulang sekolah, aku bekerja di sebuah restoran bersama hyungku. Restoran itu milik sahabat dari hyungku. Awalnya aku menolak karena malas, apalagi aku harus bertemu dengan yeoja itu. Rasanya seperti dunia mau kiamat saja jika aku bertemu dengannya. Walaupun dia dongsaeng dari pemilik restoran tapi kami tak pernah akur dan aku tak pernah mau mengalah pada yeoja itu. Namun, aku terpaksa harus bekerja dan bertemu dengannya karena paksaan dari hyungku.
 Namanya Lee Daehae. Kami satu sekolah, hanya saja dia setahun lebih muda dariku. Biar begitu, ku dengar dari teman-teman dia punya namjachingu yang umurnya jauh lebih tua darinya. Masa bodoh dengannya. Aku tak punya kepentingan dengan urusannya.
Hari ini aku datang terlambat karena bermain bola dengan teman-temanku dulu. Aku masuk lewat pintu belakang dekat dapur. Saat aku hendak masuk ke ruang ganti aku melihat hyungku, Daehae dan Donghae hyung—oppa dari Daehae. Aku mendengar hyungku membela si babo Daehae. Dia memang selalu begitu, bersikap ramah dan manis pada semua yeoja. Memuakkan. Membuatku ingin muntah saja.
“Mianhe, aku terlambat.” seruku.
“Cepat ganti bajumu. Banyak yang harus dikerjakan.” ujar Siwon hyung—hyungku.
Setelah itu dia pergi meninggalkan aku dan si babo Daehae. Yeoja itu menatapku curiga.
“Darimana saja kau? Bukannya bel pulang sudah berbunyi dua jam lalu?” tanyanya.
Kubalas dengan tatapan sinis. “Bukan urusanmu!” seruku.
Dia pun pergi meninggalkanku karena panggilan Kyuhyun hyung. Nilai plus dari dirinya adalah dia yeoja yang selalu ceria dan bersemangat setiap harinya. Itu lah yang membuat restoran yang para pekerjanya namja semua menjadi lebih menyenangkan.

[you]
“Daehae..Lee Daehae!” seseorang memanggilku. Aku menoleh ke arah suara itu. Kulihat Kim Pil Suk sedang berlari ke arahku. Dia sahabatku sejak Junior High School sampai sekarang. Penampilannya saat Junior High School berbeda jauh dengan yang sekarang. Pil Suk yang dulu sangat gemuk dan memakai kacamata yang super tebal. Sedangkan Pil Suk yang sekarang adalah yeoja cantik yang langsing dan sudah memakai kontak lens.
“Ada apa sih? Kenapa kau lari-lari begitu?” tanyaku.
“Minho sunbae mencarimu!” ujarnya.
“Minho mencariku? Ada apa? Tumben sekali dia mencariku. Apa dia mau berdamai denganku?”
TAAKK... Pil Suk memukul kepalaku. “Yaaaa...! Babo yeoja! Memangnya kau tidak ingat apa yang kau lakukan dua hari yang lalui?”
Aku mengusap-usap kepalaku yang sakit sambil mengingat-ingat apa yang kulakukan dua hari yang lalu. OMO! Aku ingat! Aku menyobek bolanya kaarena kesal dengannya. “Aku ingat! Ayo kita cepat pergi dari sini!”
Baru saja aku dan Pil Suk melangkah ingin melarikan diri, tiba-tiba suara seorang namja memanggilku dengan nada geram. Saat aku dan Pil Suk menoleh Minho sudah berdiri dengan wajah yang merah padam dan tangannya memegang bola yang ku sobek.
“Aku rasa akan terjadi perang dunia antara kau dan Minho sunbae.” bisik Pil Suk dan itu membuatku takut.
Tiba-tiba Minho menarik tanganku dan membawaku ke belakang sekolah. Setiap siswa yang kami lewati hanya bisa menggelengkan kepalanya. Seperti itu kejadian yang biasa untuk mereka. Bel berbunyi, semua siswa masuk ke dalam kelas, kecuali aku dan Minho yang berada di belakang sekolah.
“Apa maksudnya kau menyobek bolaku?” suaranya terdengar geram.
“Mianhe Minho, aku tak bermaksud untuk merusaknya. Akan kubelikan bola yang baru, tapi tunggu sampai gajiku diberikan oleh Donghae oppa ya.” Aku memohon pada Minho. rasanya aku ingin menangis, tapi kutahan sekuat tenaga.
“Kau sudah keterlaluan! Tega sekali kau menyobek bola kesayanganku! Aku benci padamu!” Minho marah padaku. Wajah berubah sedih saat melihat bolanya yang kusobek. Lalu, dia membanting bola itu ke tanah dan pergi meninggalkanku dibelakang sekolah sendirian. Aku merasa bersalah sekali padanya. Aku berjanji akan menggantinya. Airmataku menetes. Aku menangis. Sedih sekali ketika mendengar dia berkata “Aku benci padamu!” Perasaan apa ini?

[minho]
Aku tersentak saat melihat bola kesayanganku disobek oleh seseorang. Aku langsung tahu perbuatan siapa ini. Kakiku langsung bergerak mencarinya. Saat kutemukan dia sedang bersama sahabatnya hendak melarikan diri dariku.
“Lee Daehae!!!” teriakku.
Dia menoleh ke arahku. Tanpa basa-basi kutarik tangannya dan kubawa kebelakang sekolah. Bel berbunyi saat kami sampai di belakang sekolah. Aku tak peduli dengan tatapan yang memandangku dan si babo Daehae.
“Apa maksudnya kau menyobek bolaku?” tanyaku geram.
Wajahnya terlihat pucat dan ketakutan melihatku begitu marah padanya, “Mianhe Minho, aku tak bermaksud untuk merusaknya. Akan kubelikan bola yang baru, tapi tunggu sampai gajiku diberikan oleh Donghae oppa ya.” dia memohon padaku.
“Kau sudah keterlaluan! Tega sekali kau menyobek bola kesayanganku! Aku benci padamu!” Aku marah padanya, sangat marah. Ku pandang bola yang ku pegang, lalu kubanting bola itu ke tanah dihadapannya. Aku tak mau menatap wajahnya lagi. Aku pergi meninggalkannya sendirian.

[you]
Setelah kejadian bola Minho tak pernah berbicara ataupun menatapku. Dia sangat menghindariku. Aku merasa sangat bersalah padanya. Aku sudah memesan bola yang paling bagus kualitasnya. Tapi karena gajiku belum diberikan, jadi aku belum bisa menebusnya.
“Ada apa? Dari tadi kulihat kau hanya memperhatikan Minho?” tanya Siwon oppa.
Aku tersenyum, “Annio, kami hanya bertengkar biasa saja.”
Siwon oppa mengerutkan keningnya, “Selama ini? Kalian tidak pernah bertengkar tanpa bicara seperti ini. Pasti ada yang tidak beres.”
Aku hanya tersenyum pahit. Ah, betul juga. Kami sudah tidak pernah berbicara setelah kejadian itu. Dia selalu saja menghindari bicara denganku. Kenapa tiba-tiba aku merasa tambah sedih ya? Aku merasa sesak sekali. Kejadian itu membuat jarak diantara aku dan Minho.
“Anak itu, padahal lima hari lagi ulang tahun, tapi masih tidak bisa merubah sikapnya.”
Mwoga? Minho akan ulang tahun. Itu waktu yang tepat untuk memberinya bola baru dan meminta maaf. Itu ide bagus! Aku akan memberikannya surprise.

[minho]
            Setelah kejadian bola aku tak pernah mau bicara ataupun menatapnya. Rasa kesal dan marahku akan timbul lagi saat menatapnya. Dia selalu berusaha mendekatiku dan berbicara, tapi aku selalu menghindarinya. Aku belum bisa memaafkannya.
“Apa Daehae membuat masalah lagi denganmu?” tanya Donghae hyung.
Aku tersenyum padanya, “Annio, semuanya baik-baik saja. Kami hanya bertengkar seperti biasa.”
“Mwo? Apa kalian tidak berpikir kalau pertengkaran kalian itu membuat Daehae merengek terus meminta gajinya diberikan dan mengancam pergi dari rumah kalau tak kuberikan?”
DEG! Dia meminta gajinya diberikan? Untuk apa? Ah, aku ingat. Dia bilang akan menggantikan bolaku dengan uang gajinya bulan ini. Apa ini? Kenapa aku merasa kasihan padanya? Biarlah, lagi pula memang sudah seharusnya.

[you]
Rengekan dan ancamanku membuahkan hasil. Donghae oppa mau memberikan gajiku lebih dulu. Besok adalah ulang tahun Minho. Aku sudah janji pada temanku untuk menebus bola yang ku pesan. Sepulang sekolah aku langsung pergi ke toko milik temanku itu.
“Gomapseumnida.” ucapku saat menerima bola yang ku pesan.
“Ne. Cheonmaneyo.”
Aku pun berjalan dengan riangnya menuju rumah. OMO! Aku lupa beli kotak dan kartu ucapan untuk Minho besok. Kulangkahkan kaki menuju toko handcraft di dekat situ. Setelah membeli yang kuperlukan aku pun berjalan keluar toko. Aku kaget dan terdiam melihat apa yang terjadi dihadapanku.
Aku melihat Heechul oppa sedang duduk dengan gadis lain sambil menggenggam tangannya di seberang jalan sana. Aku tak bisa bergerak, kakiku tak mau mengehampirinya. Kuambil ponselku lalu meneleponnya.
“Yoboseoyo.” Heechul oppa mengangkat teleponku. Aku bisa melihatnya dari seberang sini.
“Oppa, aku mau kita putus.” seruku dengan suara yang menahan tangis.
“Hem..baiklah. Tuutt..tuutt..” telepon dariku langsung diputus olehnya.
Tiba-tiba ada tubuh yang menutupi pemandangan menyakitkan itu. Bau tubuhnya sangat familiar dengan hidungku. Ini seperti bau parfum milik Minho.
“Sudah selesai melihatnya?” tanyanya.
Aku memandang pemilik suara itu. Dia Minho dan sedang berdiri dihadapanku untuk menutupi pemandangan yang menyakitkanku. Tanpa kusadari airmataku meluncur dari kedua mataku. Dia memandangku dengan tatapan yang berbeda dari biasanya. Tatapan matanya hangat dan begitu lembut.
Ibu jarinya menghapus airmataku yang terlanjur jatuh. Tangannya menggenggam tanganku dan menarikku pergi dari tempat itu. Dia menutupiku dengan tubuhnya agar tak lagi memandang ke tempat tadi.

[minho]
          Sepulang sekolah aku melihat Daehae pergi terburu-buru. Aku penasaran kemana dia kan pergi karena sahabatnya tak diajak. Padahal, biasanya mereka selalu pergi bersama.
         “Sudahlah, untuk apa aku pikirkan? Paling mau bertemu dengan pacarnya yang tua itu.” gumamku.
        Hari ini aku berencana pergi ke sebuah toko yang menjual bola. Ada bola yang sangat kuinginkan disana. Penjaga tokonya bilang bola itu sudah dipesan, tapi batas pembayarannya hari ini. Jika orang yang memesan tidak datang, maka bola itu akan jadi miikku.
          “Wah, sayang sekali. Tadi dia sudah membayar bola itu.” kata penjaga toko itu padaku.
Aku kalah cepat dengannya. Mau tidak mau kuurungkan niat sampai ada bola  yang lain. Aku berjalan ke luar toko itu. Saat berjalan ke arah restoran aku kaget melihat Daehae berdiri seperti patung sambil memandang ke seberang jalan. Aku melihat pemandangan yang kurasa membuat semua wanita menangis sampai berhari-hari.
Kim Heechul, namjachingu Daehae duduk dengan seorang gadis sambil mengenggam tangannya. Aku terbelakak kaget melihatnya. Ku lihat Daehae menelepon seseorang. Entah apa yang kupikirkan, tapi aku refleks berlari ke arah Daehae dan menutupinya dengan tubuhku.
“Sudah selesai melihatnya?” tanyaku.
Dia mengangkat wajahnya. Airmata. Daehae menangis. Ini pertama kalinya aku melihatnya menangis. Dia terlihat begitu rapuh. Kuhapus airmatanya yang terlanjur jatuh dengan tanganku. Kali ini tak tahu apa yang kulakukan. Aku menggenggam tangannya dan menariknya pergi dari tempat itu. Tubuhku berusaha menutupinya dari pemandangan yang membuatnya menangis.
Aku tak tahan meihatnya menangis karena namja yang telah menyakiti hatinya. Dadaku terasa sesak dengan rasa kesal. Rasanya aku ingin menghajar namja itu untuk Daehae.

TBC....


jangan lupa komennya yaaaa.... di tunggu lhoo!!! kamsha... ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar